Rasa Cinta Adalah Fitrah Manusia
Adalah merupakan fitrah, jika
kecintaan dan penghormatan terhadap
seseorang, mendorong kita untuk
mengenal dan mencintai keluarganya.
Apalagi terhadap keluarga Rasulullah
SAW khususnya terhadap istri-istri dan
putera-puteri beliau. Karena selain hal
tersebut merupakan tuntutan dalam
agama, pada diri mereka akan kita
dapatkan teladan dan contoh hidup yang
layak menjadi bahan pelajaran bagi setiap
orang yang beriman.
Istri Rosulullah
Adapun istri-istri Rasulullah SAW
yang dinikahi berdasarkan akad dan
digauli, ada sebelas orang, yaitu:
1) Zainab binti Jahsy
2) Juwairiah binti Al-Harits
3) Ummu Khadijah binti Khuwailid
4) Saudah binti Zum’ah
5) Aisyah binti Abu Bakar
6) Hafshah binti Umar bin Khaththab
7) Zainab binti Khuzaimah Al-Hilaliyah
8) Ummu Salamah binti Abi Umayyah
9) Habibah binti Abu Sufyan
10) Maimunah binti Harits
11) Shafiah binti Huyay bin Akhthab
Sedangkan Raihanah binti Zaid
dan Mariah Al-Qibtiah, diperdebatkan
para ulama apakah dia termasuk istri yang
digauli berdasarkan akad pernikahan atau
sebatas istri yang digauli sebagai seorang
budak yang disebut dengan istilah saariyah
atau sanaari.
Dari sebelas istri Rasulullah SAW
dua diantaranya wafat ketika Rasulullah
SAW masih hidup, yaitu Khadijah binti
Khuwailid dan Zainab binti Khuzaimah
ra. Ditambah oleh Raihanah yang juga
wafat ketika Rasulullah SAW masih
hidup.
Peran Penting Siti Khodijah dan Aisyah
Diantara istri-istri Rasulullah
SAW yang disebutkan di atas, maka yang
paling besar pengaruhnya dalam
mewarnai kehidupan Rumah Tangga
Rasulullah SAW adalah Khadijah binti
Khuwailid dan Aisyah binti Abu Bakar. Romantisme Rumah Tangga Nabi
dengan Sayyidah Khadijah tergambar
jelas ketika Nabi mendapatkan Wahyu
pertama, dimana salah satunya adalah
pada peristiwa Nabi SAW mendapat
wahyu pertama dari Jibril AS. Nabi
menggigil ketakutan melihat wujud Jibril
as.. Iqra! Bacalah!, kata Jibril. Maa ana
biqaari`, aku tidak bisa membaca sahut
Nabi. Demikian terulang sampai tiga kali.
Nabi terus menggigil, tubuh beliau
hampir membeku, mengkristal dalam
kekalutan, dan Nabi pun meminta
Khadijah untuk menyelimutinya.
Lalu khadijah menenteramkan hati Nabi, ia
pasrahkan pundaknya untuk Sang Nabi
bersandar, dan mengatakan bahwa Tuhan
tidak akan mencelakakan dia karena
pribadinya yang baik, jujur, dan amanah.
Nabi pun terlelap dan Khadijah dengan
sabar dan keibuan mengelap keringat
Nabi. Dari peristiwa ini, nampak bahwa
Khadijah mampu menjadi “Barometer
Psikologi Nabi”, hingga Nabi
mendapatkan ketenangan.
Rumah tangga Nabi Muhammad
dan Khadijah memang role model (Potret)
paling ideal. Karena Khadijah
mendampingi Nabi sedari beliau meniti
karier sebagai pedagang, agamawan atau
juru dakwah, sampai menjadi negarawan.
Inilah yang mungkin menjadi alasan Nabi
mengapa selama mereka mengarungi
bahtera rumah tangga, Nabi tidak pernah
memikirkan the other women except
Khadijah/wanita lain .
Sampai ketika
Khadijah sudah wafat pun, tak jarang
Nabi tenggelam dalam romantisme masa
silamnya bersama Khadijah. “Tak ada
yang bisa menggantikan Khadijah”, sabda
Nabi. Dalam sebuah hadits diceritakan:
No. Hadist: 4828 Telah menceritakan kepadaku
Ahmad bin Abu Raja` Telah
menceritakan kepada kami An Nadlr dari
Hisyam ia berkata; Telah mengabarkan
kepadaku bapakku dari Aisyah bahwa ia
pernah berkata, "Aku tidak pernah merasa
cemburu terhadap isteri-isteri Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam, melebihi rasa
cemburuku kepada Khadijah, yang demikian
karena begitu seringnya Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam menyebut-nyebut dan memuji
kebaikannya. Dan sesungguhnya telah
diwahyukan kepada Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam untuk memberi kabar gembira
kepadanya dengan rumah yang dipersembahkan
untuknya di dalam surga yang terbuat dari
marmer."
Maka pantaslah jika di setiap
acara pernikahan nama Muhammad dan
Khadijah senantiasa diabadikan dalam
seuntai doa untuk kedua mempelai:
“Allaahumma allif bainahumaa kamaa allafta
baina sayyidinaa Muhammad wa Khadiijatal
kubraa”. Ya Allah, pertautkan hati-hati
kedua mempelai ini, seperti engkau
pertautkan hati baginda Nabi Muhammad
dengan Khadijah ra.
Nabi Muhammad SAW Sosok Suami Perhatian
Nabi Muhammad sosok suami
yang penuh perhatian.
Dari Aisyah ra., dia berkata, “Aku pernah
tidur bersama Rasulullah Saw di atas satu
tikar ketika aku sedang haid. Apabila
darahku menitis di atas tikar itu, baginda
mencucinya pada bahagian yang terkena titisan
darah dan baginda tidak berpindah dari tempat
itu, kemudian beliau sembahyang di tempat itu
pula, lalu baginda berbaring kembali disisiku.
Apabila darahku menitis lagi di atas tikar itu,
baginda mencuci pada bahagian yang terkena
titisan darah itu saja dan tidak berpindah dari
tempat itu, kemudian bagindapun sembahyang
di atas tikar itu.”(Hadits riwayat Nasai)
Nabi Muhammad SAW Sosok
Suami yang Sabar
Nabi Muhammad SAW dikenal
sebagai sosok yang penyabar. Dalam satu
peristiwa diceritakan betapa arif dan
sabarnya Nabi menyikapi tingkah
Sayyidah Aisyah yang notabene tergolong
sudah keterlaluan. Sayyidah Aisyah
nampaknya dalam posisi tidak bisa
mengontrol gejolak cemburu di dalam
dadanya, mungkin juga disebabkan umur
Sayyidah Aisyah yang masih terbilang
muda. Peristiwa ini diceritakan oleh imam
Bukhari dalam karyanya al- jaami’ al-shaih,
sebagai berikut:
No. Hadist: 4824
َ Telah menceritakan kepada kami
Ali telah menceritakan kepada kami Ibnu
Ulayyah dari Humaid dari Anas ia
berkata; Suatu ketika Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam berada di tempat isterinya. Lalu salah
seorang Ummahatul Mukminin mengirimkan
hidangan berisi makanan yang beliau saat itu sedang berada dirumahnya
menjatuhkan piring yang berisi makanan, maka
beliau pun segera mengumpulkan makanan
yang tercecer ke dalam piring, lalu beliau
bersabda: "Ibu kalian rupanya sedang terbakar
cemburu." Kemudian beliau menahan sang
Khadim (pembantu) hingga didatangkan piring
yang berasal dari rumah isteri yang beliau
pergunakan untuk bermukim. Lalu beliau
menyerahkan piring yang bagus kepada isteri
yang piringnya pecah, dan membiarkan piring
yang pecah di rumah isteri yang telah
memecahkannya.
Sosok Suami Yang Romantis
Nabi Muhammad SAW dikenal sebagai sosok suami yang sangat romantis
terhadap istri-istri Beliau. Telah menceritakan kepada kami Sa'd bin
Hafsh berkata, telah menceritakan kepada
kami Syaiban dari Yahya dari Abu
Salamah dari Zainab binti Abu Salamah
bahwa ia menceritakan kepadanya, bahwa
Ummu Salamah berkata, "Saat aku berada
dalam satu selimut bersama Nabi shallallahu
'alaihi wasallam, aku mengeluarkan, kemudian
pelan-pelan aku keluar dari selimut mengambil
pakaian (khusus untuk haid) dan
mengenakannya. Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bertanya kepadaku: "Apakah kamu
sedang haidd?" Aku jawab, "Ya." Beliau lalu
memanggil dan mengajakku masuk ke dalam
selimut." Zainab berkata, "Ummu Salamah
menceritakan kepadaku bahwa Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam juga menciumnya
saat beliau sedang berpuasa. Ummu Salam
berkata, "Aku pernah mandi junub dalam satu
bejana bersama Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam."
Pada kesempatan lain, Nabi juga
pernah menggendong mesra Sayyidah
Aisyah ketika melihat orang-orang Habsyi
bermain-main di pekarangan masjid. Nabi
juga pernah mengajak Aisyah berlomba
lari dan Aisyah mencuri kemenangan atas
Rasulullah. (karena badan Nabi yang
bertambah subur). Nabi pun
menyematkan seindah-indah panggilan
sayang kepada Sayyidah Aisyah: Yaaa
Humaira…!!! Duhai istriku yang pipinya
kemerah-merahan. Aisyah juga
meriwayatkan jika dirinya dan Rasulullah
makan sepiring berdua, satu selimut
berdua, dan sebagainya. Dan dari sikap sikap romantis Rasulullah itu, tentulah
peran Aisyah sangatlah besar. Rasulullah
SAW memanjakan Aisyah sedemikian
rupa, karena Aisyah memang sosok
perempuan yang manja yang menarik
bagi Rasulullah dan membuat Nabi betah
didekatnya dan selalu ingin
memanjakannya. Inilah yang kemudian
membuat Aisyah bangga sekaligus takjub
sebagai isteri, hingga kemudian Aisyah
yang konon tergolong muda, tumbuh
menjadi seorang wanita yang tangguh.
Betapa tidak, Aisyah adalah orang yang
terbanyak meriwayatkan hadits Nabi
setelah Abu Hurairah. Aisyah pula yang
banyak meluruskan kesalahpahaman para
sahabat terkait hadits yang mereka
riwayatkan, misalnya Abu Hurairah dan
Ibnu Umar. Dengan perbendaharaan
hadits ribuan, Aisyah tumbuh sebagai
intelektual organik (meminjam istilah
Antonio Gramschy), intelektual yang
mampu mensinergikan antara wacana dan
realita, diskusi dan aksi, ilmu dan amal.
Karena sejarah mencatat Aisyah juga tumbuh sebagai seorang politisi yang
handal, yang mampu menggerakkan
massa Arab ketika itu, dan ia tampil di
avant garde (garda terdepan) sebagai
panglima di Perang Jamal. Walaupun
kemudian perang ini menjadi sejarah
kelam dunia Islam, dimana Aisyah
dengan pasukannya harus berhadapan
bertarung dengan Ali bin Abi Thalib
dengan pasukannya pula. Pertumpahan
darah tak terelakkan akibat perang yang
meletus di tubuh Islam sendiri.
Ketika sebelumnya bersama
Khadijah, Khadijah juga sangat takjub
dengan pribadi Rasul, sehingga sepasang
suami isteri ini memiliki kedekatan emosi
yang luar biasa. Warna romantisme
Rumah Tangga Nabi dengan Aisyah dan
Khadijah memang berbeda, karena dua
perempuan yang mendampingi Nabi
sebagai isteri ini memang berbeda
karakternya. Aisyah sosok perempuan
yang manja, masih muda, melankolis,
sementara Khadijah sosok perempuan
dewasa, mandiri, mapan. Dan Rasulullah
berhasil membawa Rumah Tangga beliau
dalam keluarga yang diistilahkan Nabi
“Baiti Jannati-Rumahku adalah Sorgaku”.
Rumah Tangga Yang sangat Bersahaja
Rumah Tangga Yang Sangat Bersahaja
Meskipun Aisyah puteri Abu Bakar Ash-Shiddiq ra yang
dikenal sebagai saudagar kaya, dan rneskipun diriwayatkan
bahwa Rasulullah ~ rnernberinya kasih sayang sesuai
kejiwaannya dan usianya, narnun beliau tidak rnernanjakannya
dengan gelirnang harta yang berlebih. Justeru kehidupan
rurnah tangganya bersarna Rasulullah ~ arnat bersahaja, kalau
tidak dikatakan kekurangan secara rnateri.
Diriwayatkan bahwa karnar Aisyah sangat sederhana, kecil
dan pendek. "Aku pernah tidur di hadapan Rasulullah (saat beliau
sedang shalat). Kedua kakiku menjulur di arah kiblatnya.
Apabila hendak sujud, beliau menggerakkan (kaki)ku, maka
aku menekuk kedua kakiku. Apabila beliau berdiri, aku
kembali menjulurkan kedua kakiku. Ketika itu tidak ada lampu
di dalam rumah."
Dari riwayat ini, paling tidak dapat disirnpulkan tentang
kesederhanaan rurnah yang didiarni Rasulullah bersarna
Aisyah ra. Sernpitnya rurnah rnernbuat kaki Aisyah yang
rnenjulur ketika tidur, sarnpai ke ternpat Rasulullah shalat. Selain itu rurnahnya beliau juga tidal rnerniliki alat penerang. Sebab, jangankan rnerniliki rninyak untuk rnenerangi lampu, bahkan kadang-kadang, minyak yang digunakan untuk
memasak sekalipun tidak dimiliki.
Suatu hari setelah Rasulullah ,! wafat, Urwah bin Zubair,
keponakan Aisyah, anak dari Saudaranya Asma binti Abu
Bakar, bertanya kepadanya tentang keadaan rumah tangganya
bersama Rasulullah semasa hidupnya. Maka Aisyah berkata,
"Wahai keponakanku, pernah selama satu hilal (bulan tsabit
tanda awal bulan), ke hilal berikutnya dan ke hilal berikutnya,
tiga kali hilal dalam dua bulan, di rumah Rasulullah tidak
dinyalakan api untuk memasak."
Lalu Urwah bertanya, "Wahai bibi, apa yang kalian
makan? "
Aisyah menjawab,
"AI-Aswadan; yaitu karma dan air, hanya saja Rasulullah dahulu memiliki tetangga dari kalangan Anshar, mereka
memiliki pemberian yang diberikan kepada Rasulullah dari
susu-susu mereka untuk kami minum." Kehidupan semacam ini sedikit banyak menempa pribadi
Aisyah, sehingga dia memiliki kepribadian yang kuat dan
mulia.
Kisah Seuntai Kalung dan Syariat Tayamum
Suatu saat Aisyah ra ikut serta dalam sebuah perjalanan
bersama Rasulullah ,! dan rombongan. Ketika mereka tiba di
sebuah tempat di tengah padang pasir, tiba-tiba Aisyah merasa
kehilangan kalung yang dikenakannya.
Maka, Rasulullah ~ menghentikan perjalanan rombongannya untuk mencari kalung tersebut, padahal di tempat tersebut
tidak ada air dan mereka pun tidak membawa air. Lalu
sejumlah orang mendatangi Abu Bakar seraya berkata,
"Perhatikanlah apa yang diperbuat Aisyah? Dia telah membuat
Rasulullah dan rombongannya berhenti, padahal di tempat
ini tidak ada air dan mereka juga tidak membawa air."
Abu Bakar pun mendatangi Rasulullah' saat itu beliau
sedang tidur dengan teletakkan kepalanya di pangkuan
Aisyah ra. Abu Bakar berkata, "Engkau telah menyebabkan
Rasulullah dan rombongannya terhambat perjalanannya,
padahal mereka tidak mendapatkan air dan juga tidak membawa air." Abu Bakar terus mengecam puterinya (Aisyah),
bahkan dia sempat menusuk pinggangnya dengan jarinya.
Namun Aisyah tidak bergeming karena menjaga Rasulullah yang sedang tidur pulas di pangkuannya.
Rasulullah terus tertidur hingga pagi hari dan tidak
mendapatkan air, hingga akhirnya Allah Ta'ala menurunkan
ayat tentang syariat tayamum.
Lalu Usaid bin Khudair yang merupakan salah seorang
kordinator berkata, "lni bukan barokah pertama kali yang terdapat pada kalian
wahai keluarga Abu Bakar."
Sementara kalungnya sendiri justru ditemukan setelah onta
yang ditunggangi Aisyah bangkit, karena terdapat di bawahnya.
Ketabahan Ummu Habibah Menjaga Keimanannya
Di negeri
asing dengan berbagai cobaan yang sangat berat tidaklah siasia. Karena Allah mengganti suami pertamanya dengan suami
yang merupakan makhluk paling mulia di jagad ini, Rasulullah mengenai hal tersebut, Ummu Habibah ra kembali melanjutkan penuturannya setelah menjelaskan keadaan suaminya.
"Aku bermimpi didatangi seseorang yang memanggilku,
'Wahai Ummul Mu'minin' Aku tersentak kaget. Aku menafsirkan (mimpi tersebut) bahwa Rasulullah akan menikahiku.
Maka ketika masa iddahku habis, tiba-tiba utusan Raja Najasyi,
seorang budak perempuan yang bernama Abrahah, datang ke
rumahku dengan pakaian bagus dan aroma wangi. Lalu dia
berkata, "Sesungguhnya raja ingin menyampaikan kepadamu
bahwa Rasulullah telah mengirim surat kepadaku agar aku
mengawinkanmu (dengan beliau)." Allah telah memberikan
kabar gembira bagimu "
Rupayanya Rasulullah sebelumnya telah mengutus Amr
bin Umayyah Adh-Dhamri untuk meminta kepada Raja Najasyi
agar menikahkannya dengan Ummu Habibah.
Maka Sang Raja meminta Ummu Habibah agar mewakilkan
seseorang untuk menikahkannya. Lalu Ummu Habibah
menunjuk salah seorang sepupunya yang beriman dan ikut
juga melakukan hijrah ke Habasyah, yaitu; Khalid bin Sa'id bin
Al-Ash bin Umayyah. Adapun Rasulullah diwakilkan oleh
raja Najasyi langsung. Bahkan sang raja menyediakan mahar
atas nama Rasulullah kepada Ummu Habibah sebesar 400
dinar, adapula riwayat yang mengatakan maharnya sebesar
4000 dirham. Padahal isteri-isteri Rasulullah yang lain,
umumnya diberi mahar sebanyak 400-500 dirham.Dengan demikian, Ummu Habibah memiliki kekhususan
dalam pernikahannya dengan Rasulullah dibanding isteri-isteri beliau yang lain, yaitu maharnya paling besar dan pernikahanya dilakukan tanpa kehadiran Rasulullah. Maka terlaksanalah pernikahan yang diberkahi tersebut.
Bertindak sebagai wali Ummu Habibah Khalid bin Said bin AlAsh bin AI-Umayyah, adapula yang mengatakan walinya adalah Utsman bin Affan yang juga kerabat Ummu Habibah.
Sedangkan Rasulullah diwakili oleh Raja Najasyi langsung
dengan mas kawin 400 dinar. Tak lupa raja Najasyi meminta
Ja'far bin Abu Thalib dan kaum muslimin yang ada untuk
menghadiri akad tersebut.
Bapak Ummu Habibah, Abu Sufyan, yang saat itu masih
kafir, ketika mendengar berita pernikahan puterinya dengan
Rasulullah hanya berkata, "Orang itu (Rasulullah yang memiliki kedudukan sepadan yang tak pantas ditolak." Sebagai bukti
kehormatan Rasulullah dimata Abu Sufyan walaupun ketika
itu dia masih kafir. Ada riwayat yang mengatakan bahwa ketika terjadi pernikahan antara Rasulullah dengan Ummu Habibah, Allah
menurunkan ayat;
"Mudah-mudahan Allah menimbulkan kasih sayang antaramu
dengan orang-orang yang kamu musuhi di antara mereka. dan
Allah adalah Maha Kuasa. Dan Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang. • (QS. AI-Mumtahanah: 7)
Sebagai isyarat bahwa dengan pernikahan tersebut, permusuhan Abu Sufyan sebagai bapak Ummu Habibah yang menentang dakwah Rasulullah berubah menjadi kasih sayang.
Keistimewaan Zainab binti Jahsy
Dalam sebuah kesempatan Aisyah juga berkata Zainab adalah di antara isteri-isteri Nabi yang kedudukannya menyaingi aku. Tidak ada satu pun wanita yang lebih baik
dalam agama selain Zainab. Tidak ada wanita yang melebihinya. Dia lebih bertakwa kepada Allah, lebih jujur pembicaraannya, lebih sering bersilaturrahim, lebih banyak bersadakah
dan lebih suka berbuat kebajikan sebagai jalan beribadah
kepada Allah." Dalam riwayat di atas, tampak bahwa meskipun Aisyah
merasa tersaingi kedudukannya oleh Zainab, dia tidak dapat
memungkiri keutamaan dan kemuliaan yang dimiliki Zainab.
Maka, sikap cemburu di sini adalah sikap lumrah sesuai tabi'at
wanita yang menjadi salah seorang isteri dari suaminya yang
beristeri banyak. Sehingga tak mengurangi kedudukan dan
derajatnya sebagai Ummul Mu'minin.
Sifat-sifat Utama
Keutamaan dan kemuliaan Zainab binti Jahsy Adz-Dzahabi dalam kitabnya Siyar A'lam
An-Nubala berkata tentang Zainab binti Jahsy radhiallahu
anha,"Beliau adalah pemuka wanita dari segi agama, wara,
dermawan dan kebaikan, semoga Allah meridhainya." Khusyu dalam ibadah
At-Thabrani meriwayatkan dalam kitabnya AI-Mu'jam AlKabir, "Suatu saat Rasulullah memasuki rumahnya bersama
Umar bin Khattab, ternyata saat itu Zainab binti Jahsy sedang
shalat dan berdoa dalam shalatnya. Maka Rasulullah bersabda,
"Sesungguhnya dia adalah wanita yang suka beribadah
dengan tekun dan khusyu." Wara dan Zuhud
Wara adalah sifat hati-hati pada seseorang sehingga dia
menghindar dari perkara yang samar dan dikhawatirkan
menjerumuskannya pada dosa dan maksiat. Sedangkan zuhud adalah meninggalkan perkara-perkara yang berlebih dalam
urusan dunia, meskipun hal tersebut tidak diharamkan. Kedua
sifat mulia ini dimiliki oleh Zainab binti Jahsy.
Hafsah Binti Umar Bin Khattab
Dicerai, Kemudian Dirujuk Kembali
Kisahnya berawal dari kecemburuan Hafshah kepada
Maria AI-Qibthiah. Suatu hari, Hafshah pergi mengunjungi
bapaknya (Umar bin Khattab). Di saat kepergiannya, Rasulullah
~ meminta Maria AI-Qibthiyah untuk datang dan duduk
bersamanya hingga Hafshah kembali, padahal hari itu adalah
hari giliran Hafhshah. Ketika kembali, Hafshah mendapatkan
Maria sedang bersama Rasulullah Maka dia menunggu
hinga Maria keluar sambil menahan rasa cemburunya yang
amat besar. Rasulullah menjatuhkan talak satu kepada Hafshah binti Umar bin Khattab
radhiallahu anhuma.
Anas bin Malik ra berkata, "Rasulullah mencerai
Hafshah. Orang-orang menjadi gundah dengan berita tersebut.
Maka kedua paman Hafshah; Utsman bin Maz'un dan saudaranya Qudamah mendatanginya. Ketika mereka berada
di sana, tiba-tiba Rasulullah datang dan bersabda,"Ya Hafshah, malaikat Jibril baru saja mendatangiku dan
berkata, Allah menyampaikan salam dan berkata untukmu,
"Rujuklah Hafshah, dia adalah wanita yang suka shalat malam
dan berpuasa, dan dia adalah isterimu di surga. setelah rosuullah wafat Hafshah mengisi hari-harinya dengan ketaatan
dan ibadah. Telah disebutkan sebelumnya tentang sifat Hafshah yang langsung mendapatkan predikat dari Allah Ta'ala
sebagai wanita yang suka berpuasa dan qiyamullail, sebagaimana disampaikan Jibril kepada Rasulullah.
Keutamaan-Keutamaan Aisyah Ra
Keutamaan Aisyah bukan sebatas bahwa dialah satu-satunya
yang dinikahi Rasulullah ketika masih gadis. Keutamaan
lainnya tak terbilang banyaknya, baik yang diungkapkan secara
verbal (lisan) oleh Rasulullah maupun berdasarkan kejadian
yang dia alami.
Di antaranya adalah:
Dari Amr bin Ash, (dia berkata), "Sesungguhnya Rasulullah mengutusku pada perang Dzatu Salasil, lalu aku
mendatangi beliau dan bertanya,
'Siapakah orang yang paling engkau cintai?'
Beliau menjawab, "Aisyah."
Aku berkata, "Dari kalangan laki-laki.
"
Beliau bersabda, "Bapaknya."
Aku berkata, "Kemudian siapa?
"
Beliau berkata, "Umar."
Lalu beliau menyebutkan beberapa orang laki-laki.
Oleh karena itu, apabila ada dari para shahabat yang
hendak memberikan hadiah kepada Rasulullah, mereka
menunggu hari giliran Rasulullah berada di rumah Aisyah,
karena mereka ingin mendapatkan keridhaan beliau.
Rasulullah bersabda kepada Aisyah ra "Sungguh, yang membuat kematian terasa ringan bagiku
adalah tetah diperlihatkannya kepadaku bahwa engkau
sebagai isteriku di surga."
Mendapat Salam Dari Malaikat Jibril
Rasulullah suatu saat berkata kepada Aisyah, "Wahai
Aisyah, itu adalah Jibril sedang menyampaikan salam kepadamu," Maka Aisyah berkata, "Wa'alaihissalam warahmatullahi
wabarakatuh, engkau melihat apa yang tidak aku lihat."
Maksudnya adalah Rasulullah
"Aku diberikan sepuluh kelebihan dibanding isteri-isteri
Rasulullah yang lain;
• Beliau tidak menikah dengan gadis selainku,
• Tidak ada isteri yang dinikahinya yang bapaknya melakukan
hijrah bersama beliau selain aku,
Allah menurunkan ayat yang membebaskan aku (dari
tuduhan zina) langsung dari langit.
• Jibril datang membawa rupaku dalam sebungkus sutera, lalu
dia berkata (kepada Rasulullah), "Nikahilah, sesungguhnya
dia adalah isterimu."
• Aku dahulu suka mandi bersama beliau dari satu wadah,
hal yang tidak beliau lakukan kepada isteri-isterinya yang
lain.
• Beliau shalat ketika kakiku terbentang di hadapannya,
beliau tidak melakukannya kepada isteri-isteri lainnya
selainku.
• Pernah turun wahyu ketika dia bersamaku, dan tidak pernah
turun wahyu ketika beliau bersama isteri-isteri lainnya
selainku,
• Beliau meninggal ketika berada di pangkuanku,
• Beliau wafat pada malam yang menjadi giliranku.
• Beliau dimakamkan di kamarku. 2
Dalam sebuah kesempatan, Rasulullah memberikan
perumpamaan tentang keutamaan Aisyah di banding yang
lainnya dalam sabdanya,"Sesungguhnya, keutamaan Aisyah di banding para wanita,
bagaikan Tsarid dibandingkan makanan lainnya."
Strategi Rosulullah Dalam Mendamaikan Hati Istri-istrinya
Siti Aisyah Rha bertanya kepada Rasulullah SAW, “Wahai Rasulullah, siapakah diantara istri-istrimu yang paling engkau cintai?”Beliau menjawab, “Tentu saja dirimu wahai Aisyah.”Aisyah menimpali, “Kalau begitu sampaikanlah dan katakanlah tentang hal ini pada istri-istri yang lain.”Nabi SAW tersenyum. Sambil memberi Aisyah sebutir kurma, lalu beliau berkata, “Malam ini akan aku kumpulkan mereka dan akan aku sampaikan hal ini pada mereka, tapi ingat jangan engkau memberitahu mereka bahwa aku memberimu sebutir kurma.”
Nabi pun lalu mengunjungi istri-istrinya satu persatu dan bertanya tentang keadaan dan kabar mereka. Nabi SAW memberi masing-masing dari mereka sebutir kurma seraya berpesan, “Jangan beritahu yang lain bahwa aku memberimu sebutir kurma ini.”Malam itu, kala seluruh istri-istri Nabi berkumpul Aisyah Rha bertanya, “Wahai Rasulullah , siapakah diantara kami yang paling engkau cintai?”Rasulullah SAW tersenyum dan menjawab, “Tentu saja istri yang memiliki sebutir kurma pemberianku , dialah istri yang paling aku cintai.”
Semua istri-istri nabi SAW saling pandang dan tersenyum, rasa bahagia dan senang ada di dalam diri dari masing-masing mereka, karena kecintaan Rasulullah terhadap mereka. Sungguh agung akhlakmu, Ya Rasulullah.
Sumber :
Strategi Rosulullah Dalam Mendamaikan Hati Istri
lsteri dan Puteri Rasulullah SAW Mengenal dan
Mencintai Ahlul-Bait Penerbit:
Kantor Dakwah Sulay, Riyadh, Arab Saudi
Cetakan Pertama, Dzulhijjah 1432 H.
Komentar
Posting Komentar
Jangan Lupa Bahagia Terimakasih