1 Muharram 1445 H
Muhammad adalah pembawa rahmat dan pemberi petunjuk bagi
menusia,
Alangkah celakanya bagi yang memusuhinya karena ia tidak akan
mendapat rahmat.
Kaum mukminin mendapat keselamatan darinya,
Apabila berjalan di hadapan para pembangkang di neraka.
Allah-lah yang selalu menjaganya dari hawa nafsu,
Dalam memberikan perintah dan larangan.
Maka hati-hatilah orang yang menentang perintahnya,
Dari bencana dan siksaan yang sangat menyakitkan.
Memiliki mukjizat yang sangat banyak dan tanyakanlah,
Kepada kerikil-kerikil dan binatang-binatang yang membenarkan.
(Ibnu Hajar)
Pengambilan Kalender Hijriyah
Dalam musyawarah Khalifah Umar bin Khatab dan para sahabat, muncul beberapa usulan mengenai patokan awal tahun.
Ada yang mengusulkan penanggalan dimulai dari tahun diutus Nabi shallallahu’alaihiwasallam. Sebagian lagi mengusulkan agar penanggalan dibuat sesuai dengan kalender Romawi. Yang lain mengusulkan, dimulai dari tahun hijrahnya Nabi shallallahu’alaihiwasalam ke kota Madinah. Usulan ini disampaikan oleh sahabat Ali bin Abi Thalib radhiyallahu’anhu. Hati Umar bin Khatab radhiyallahu’anhu ternyata condong kepada usulan ke dua ini,
الهجرة فرقت بين الحق والباطل فأرخوا بها
” Peristiwa Hijrah menjadi pemisah antara yang benar dan yang batil. Jadikanlah ia sebagai patokan penanggalan.” Kata Umar bin Khatab radhiyallahu’anhu mengutarakan alasan.
Akhirnya para sahabatpun sepakat untuk menjadikan peristiwa hijrah sebagai acuan tahun. Landasan mereka adalah firman Allah ta’ala,
لَمَسْجِدٌ أُسِّسَ عَلَى التَّقْوَىٰ مِنْ أَوَّلِ يَوْمٍ أَحَقُّ أَنْ تَقُومَ فِيه َ
Sesungguhnya mesjid yang didirikan atas dasar takwa (mesjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya. (QS. At-Taubah:108)
Para sahabat memahami makna “sejak hari pertama” dalam ayat, adalah hari pertama kedatangan hijrahnya Nabi. Sehingga moment tersebut pantas dijadikan acuan awal tahun kalender hijriyah.
Al Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahillah dalam Fathul Bari menyatakan,
وأفاد السهيلي أن الصحابة أخذوا التاريخ بالهجرة من قوله تعالى : لمسجد أسس على التقوى من أول يوم لأنه من المعلوم أنه ليس أول الأيام مطلقا ، فتعين أنه أضيف إلى شيء مضمر وهو أول الزمن الذي عز فيه الإسلام ، وعبد فيه النبي – صلى الله عليه وسلم – ربه آمنا ، وابتدأ بناء المسجد ، فوافق رأي الصحابة ابتداء التاريخ من ذلك اليوم ، وفهمنا من فعلهم أن قوله تعالى من أول يوم أنه أول أيام التاريخ الإسلامي ، كذا قال ، والمتبادر أن معنى قوله : من أول يوم أي دخل فيه النبي – صلى الله عليه وسلم – وأصحابه المدينة والله أعلم .
“Dan As-Suhaili memberikan tambahan informasi: para sahabat sepakat menjadikan peristiwa hijrah sebagai patokan penanggalan, karena merujuk kepada firman Allah Ta’ala,
(QS. At-Taubah: 108)
Karena alasan inilah, para sahabat sepakat untuk menjadikan hari tersebut sebagai patokan penanggalan.
Dijelaskan dalam Kitab khulasotun Nurul Yaqin fi siroh sayyida mursalin karya ust. Umar Abdul Jabbar juz awal Masjid pertama yang dibangun oleh nabi Muhammad Adalah Masjid quba. Pada hari senin bulan robiul awal 30 September 622 M. Dan awal diadakan sholat Jum'at Dan khutbah Jum'at didalam Islam.
Dan para penduduk madinah seluruhnya baik laki-laki maupun perempuan Dan anak-anak melantunkan sholawat badar
طلع البدر علينا *من ثنيات الوداع
Telah muncul bulan purnama pada kita * Dari tanah yang banyak jurangnya
وجب الشكر علينا * ما دعا لله داع
Kita wajib bersyukur * dengan berdoa kepada Allah
ايها المبعوث فينا * جؤت با الا مر المطاع
Wahai orang yang diutus kepada kita * datang dengan membawa petunjuk
Dijelaskan dalam Kitab tarih nabi Muhammad saw karya kyai Toha Mahsun dijelaskan setelah nabi membangun Masjid quba beliau mendapatkan tugas Menyatukan orang Islam Makkah Dan madinah. Kaum muhajirin Dan kaum anshor.
Bulan Muharram adalah bulan berupaya bersungguh-sungguh dalam menjalani Islam secara kaffah.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
فَاَ مَّا مَنْ اَعْطٰى وَا تَّقٰى
"Maka barang siapa memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa,"
(QS. Al-Lail 92: Ayat 5)
وَصَدَّقَ بِا لْحُسْنٰى
"dan membenarkan (adanya pahala) yang terbaik (surga),"
(QS. Al-Lail 92: Ayat 6)
فَسَنُيَسِّرُهٗ لِلْيُسْرٰى
"maka akan Kami mudahkan baginya jalan menuju kemudahan (kebahagiaan)."
(QS. Al-Lail 92: Ayat 7)
Hadist Bukhori Muslim
Keutamaan Bulan Muharram
1. 2958. Telah bercerita kepada kami Muhammad bin Al Mutsannaa telah bercerita kepada
kami 'Abdul Wahhab telah bercerita kepada kami Ayyub dari Muhammad bin Sirin dari Ibnu
Abi Bakrah dari Abu Bakrah radliallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Zaman (masa) terus berjalan dari sejak awal penciptaan langit dan bumi. Satu tahun ada
dua belas bulan diantaranya ada empat bulan haram (suci), tiga bulan berurutan, yaitu Dzul
Qa'dah, Dzul Hijjah dan al-Muharam serta Rajab yang berada antara Jumadil (akhir) dan
Sya'ban".
2. 3145. Telah bercerita kepada kami 'Ali bin 'Abdullah telah bercerita kepada kami Sufyan
telah bercerita kepada kami Ayyub as-Sakhtiyaniy dari Ibnu Sa'id bin Jubair dari bapaknya
dari Ibnu 'Abbas radliallahu 'anhuma bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam ketika tiba di
Madinah, Beliau mendapatkan mereka (orang Yahudi) malaksanakan shaum hari 'Asyura (10
Muharam) dan mereka berkata; "Ini adalah hari raya, yaitu hari ketika Allah menyelamatkan
Musa dan menenggelamkan Fir'aun. Lalu Nabi Musa 'Alaihissalam mempuasainya sebagai
wujud syukur kepada Allah". Maka Beliau bersabda: "Akulah yang lebih utama (dekat)
terhadap Musa dibanding mereka". Maka Beliau berpuasa pada hari itu dan memerintahkan
ummat Beliau untuk mempuasainya
3. 3648. Telah menceritakan kepadaku Ahmad atau Muhammad bin 'Ubaidullah Al Ghudani
telah menceritakan kepada kami Hammad bin Usamah telah mengabarkan kepada kami Abu
Al 'Umais dari Qais bin Muslim dari Thariq bin Syihab dari Abu Musa radliallahu 'anhu ia
berkata; "Ketika Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tiba di Madinah, orang-orang Yahudi
mengagungkan hari 'Aasyura (tanggal sepuluh Muharam) dengan berpuasa, maka Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Kita lebih berhak untuk berpuasa." Lantas beliau
memerintahkan untuk melaksanakan puasa hari 'Aasyura."
4. 1761. Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Maslamah dari Malik dari Abu Az
Zanad dari Al A'raj dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu; Bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Shaum itu benteng, maka (orang yang melaksanakannya) janganlah
berbuat kotor (rafats) dan jangan pula berbuat bodoh. Apabila ada orang yang mengajaknya
berkelahi atau menghinanya maka katakanlah aku sedang shaum (ia mengulang ucapannya
dua kali). Dan demi Dzat yang jiwaku berada di tanganNya, sungguh bau mulut orang yang
sedang shaum lebih harum di sisi Allah Ta'ala dari pada harumnya minyak misik, karena dia
meninggalkan makanannya, minuman dan nafsu syahwatnya karena Aku. Shaum itu untuk
Aku dan Aku sendiri yang akan membalasnya dan setiap satu kebaikan dibalas dengan
sepuiluh kebaikan yang serupa"
5. 2128. Telah menceritakan kepada kami Ash-Shaltu bin Muhammad telah menceritakan
kepada kami Abu Usamah dari Idris dari Tholhah bin Musharrif dari Said bin Jubair dari Ibnu
'Abbas radliallahu 'anhuma: Firman Allah yang berbunyi (Dan bagi harta peninggalan kami
jadikan para pewaris), dia berkata; artinya: itulah warisan. Dan ayat (Dan orang-orang yang
kamu telah bersumpah setia dengan mereka) ia berkata: ketika orang-orang muhajirin
sampai di Madinah, seorang Muhajir mewarisi orang Anshar yang tidak memiliki hubungan
kekeluargaan karena persaudaraan yang dipersaudarakan oleh Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam diantara mereka. Ketika ayat ini turun maka ayat ini menghapus ketentuan
tersebut. Dan ayat tidak dipraktekkan lagi kecuali saling tolong menolong (antara Muhajirin -
Anshar), pemberian dan nasehat sedangkan warisan telah dihapus dan diberi wasiat.
Sumber :
Kitab Khulasotun Nurul Yaqin Juz Awal
Umar Abdul Jabbar
Kitab Tarih Nabi Muhammad
Kyai Toha Mahsun
Sambutan Pengasuh
PPAI Baitul Maqdis Wonokerso
Menyambut 1 Muharram 1445 H
Terjemah Shohih Bukhori
Kitab Terjemah Fathul Barri
Bi syarh Bukhori
Thiriq Abu Abdullah Muhammad Bin Yusuf Bin Mathar Bhin Shalih Bin Bisyr Al Firabri
Komentar
Posting Komentar
Jangan Lupa Bahagia Terimakasih