Ta Jun 2004

Ta Jun 2004 
Ini kisah dari seorang sahabat masa sekolah 

Pada suatu ketika, ada seorang laki-laki yang pendek dan berkumis tebal, orang-orang di desanya memanggil dengan sebutan "mukidi". 

Mukidi adalah seorang yang pemalas dan juga agak lambat pemikirannya, namun mukidi punya nasib agak beruntung karena mempunyai dua istri. Istri pertama mukidi bernama "hasanah" memiliki paras cantik rupawan dan punya tubuh bak gitar spanyol, sedangkan istri kedua bernama "jamilah" yang punya kecantikan biasa saja bertubuh gemuk tapi kaya raya. 

Suatu saat istri-istri mukidi saling berseteru  karena berebut kasih sayang dan perhatian dari mukidi. Walaupun mukidi terlambat dalam berfikir namun mukidi bisa membedakan kecantikan istrinya hasanah lebih unggul daripada jamilah. Mukidipun sering menghabiskan banyak waktu dengan hasanah dibanding dengan jamilah. 

Karena jamilah tidak mau kalah bersaing dengan hasanah, jamilah berencana berangkat haji bersama mukidi saja sedangkan hasanah tidak diajak. 

Waktu keberengkatan hajipun sudah dekat namun mukidi tidak mampu menghafal do'a- doa dalam ibadah haji walau sedikit. Mukidi menyerah dan terlihat pucat, tiba-tiba mukidi dihampiri ustadz yang memandu manasik haji, sang ustadz bertanya  hai mukidi! Kenapa kamu kelihatan pucat padahal waktu pelaksanaan ibadah haji sebentar lagi tiba! Mukidi menjawab dengan jujur saya tidak bisa menghafal semua do'a dalam ibadah haji, apakah ada do'a atau bacaan lain yang bisa saya baca dan hafal dengan mudah? Ustadz menjawab " ada, bacalah do'a sapu jagat mulai dari rumah hingga sampai disana dan kembali kerumah" mukidi dengan wajah ceria karena merasa hafal do'a sapu jagat. 

Tibalah saat keberangkatan haji tiba, mukidi berpamitan pada istri pertamanya sambil mengucapkan " kekasih maaf aku tidak mengajakmu" kuatkan hatimu dan bersabarlah sampai aku kembali. 

Para rombongan mulai mengantar mukidi dan istri keduanya menuju KBIH selanjutnya kebandara. Sejak saat itu mukidi mulai membaca do'a sapu jagat terus menerus. Istri kuduanyapun mendengar lirih namun tidak terlalu diperdulikan. Namun setelah tiba di makkah baca'an mukidi mulai agak keras. Dengan rasa bahagia pelaksanaan thawaf dijalani oleh mukidi, istrinya serta rombongan ibadah haji lainnya.
Bacaan mukidi semakin keras " robbana atina fidunya hasanah wafil akhiroti hasanah waqina adza bannar" jamilah istri mukidi yang mendengar nama hasanah disebutkan langsung marah dan membentak mukidi, "yang membiayai haji aku....!!! bukan hasanah. Mulai saat ini ganti hasanah dengan namaku" sontak mukidi terdiam sejenak, dan mulai membaca lagi do'a " robbana atina fidunya jamilah wafil akhiroti jamilah waqina adzabannar"

cerita ini penulis tulis untuk mengenang 2004 yang lalu. Semoga kita tidak malu dalam belajar hingga nyawa lepas dari badan. 


Malang, 11 Juni 22
Penulis 
AHMAD KHUSAINI


Komentar

Postingan Populer